RAGAM (RA) - Donald Trump, calon presiden Amerika Serikat dari Partai Republik dituding sebagai boneka Presiden Rusia Vladimir Putin. Pernyataan ini dilontarkan oleh rivalnya dari Partai Demokrat, Hillary Clinton, yang mengatakan Trump sebagai antek-antek Rusia di AS.
Hal ini dibantah oleh Trump. Dia mengaku tidak mengenal Putin.
"Saya tidak mengenal Putin. Tapi jika nanti kami menjadi akrab, itu hal yang baik. Dia (Putin) tidak menyukai Clinton. Dia juga tidak menyukai presiden kita (Obama). Dia punya 1.800 hulu ledak nuklir, dan tidak melakukan apa-apa," ujar Trump dalam debat terakhir capres AS di University of Nevada, Las Vegas, Kamis (20/10).
Namun Clinton menyela Trump dan mengatakan Putin lebih suka memiliki boneka untuk jadi Presiden AS.
"Ya tentu saja, karena dia (Putin) lebih suka punya boneka yang menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat," tutur Clinton.
"Bukan boneka! Anda lah yang boneka," sela Trump cepat.
Meski terkesan ingin berteman dengan Putin, Trump mengecam campur tangan asing dalam pemilu AS, termasuk Putin. Namun Trump menganggap AS harus bekerja sama dengan Rusia untuk membuat hulu ledak yang tidak bisa dilakukan Negeri Paman Sam.
"Kita harus bekerja sama dengan Rusia, mereka telah melampaui AS dengan membuat hulu ledak nuklir yang tidak bisa dibuat oleh kita," ucapnya.
Menurut Clinton, sangat ironis Trump mengatakan soal nuklir. Dia menyebutkan banyak yang tidak percaya jika Trump memegang kendali senjata nuklir AS. Disebut begitu, Trump mengatakan dia didukung banyak petinggi militer AS.
Debat capres kali ini yang terakhir sebelum pemilihan November mendatang. Debat ini dilangsungkan di University of Nevada dan dimoderatori oleh Chris Wallace dari Fox News. (merdeka.com)